PENGARUH PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DI INDONESIA
PENGARUH PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN MATA
PENCAHARIAN MASYARAKAT DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Peluang masyarakat Indonesia untuk memperoleh mata pencaharian baik dalam
bidang pertanian maupun non-pertanian terkait erat dengan persoalan
ketersediaan sumber daya, beragam pelaku dan kepentingan terhadap sumber daya,
aturan formal dan informal yang diberlakukan, serta hubungan sosial ekonomi dan
budaya. Aspek-aspek tersebut secara langsung atau tidak langsung saling
pengaruh mempengaruhi pilihan bentuk penghidupan masyarakat, karena menentukan
akses dan kontrol masyarakat atas sumber penghidupan, mekanisme-mekanisme
pertukaran yang harus ditempuh, serta syarat bagi keberlangsungan untuk
mempertahankan produksi atas sumber penghidupan tersebut.
Situasi ekstra-lokal, terutama paska krisis ekonomi nasional serta
periode pemberlakuan kebijakan otonomi daerah dan desa, mengisyaratkan terjadinya
situasi lokal yang lebih dinamis, misalnya keterlibatan warga desa dalam
kelembagaan politik lokal atau bahkan memperbesar “push factor” dan “pull
factor” di Indonesia. Namun demikian, faktor saling pengaruh dan mempengaruhi
dari dinamika lokal ini masih memerlukan identifikasi yang memadai dalam
kaitannya dengan penguasaan sumber daya, pilihan bentuk penghidupan, dan prospek
penghidupan masyarakat Indonesia.
Perubahan-perubahan
dalam masyarakat ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan hidup individu didalamnya.
Dalam hidup membutuhkan kebutuhan yang bersifat manusiawi dan hayati. Kebutuhan
manusiawi ditujukan untuk meningkatkan martabat dan status mereka
ditengah-tengah kehidupan dalam masyarakat. Kebutuhan manusiawi tidak hanya
bersifat material semata melainkan juga berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan,
kesenian, agama, dan ekonomi.
Perubahan
mata pencaharian merupakan perubahan pada struktur fungsional masyarakat.
Aktivitas mata pencaharian termasuk salah satu dari tujuh unsure kebudayaan
universal, dimana setiap unsur tersebut dalam wilayah yang berbeda secara
geografis dapat terlihat perbedaan-perbedaannya. Dalam teori determinisme yang
memberikan penilaian berbeda bahwa lingkungan alam bukanlah faktor yang
memaksakan suatu struktur sosial tertentu melainkan hanya kemungkinannya. Pada
akhirnya manusialah yang akan memutuskan apa yang harus dilakukannya dalam
mengelola alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebetulnya perubahan sosial
merupakan gejala permanen yang senantiasa hadir dan terjadi pada setiap
masyarakat demokratis terbuka meupun di masyarakat feodalistis-tertutup. Hanya
saja, ada perubahan yang berlangsung dengan sengaja (hasil perancangan dan
kebijakan sosial) dan ada pula yang berlangsung begitu lamban, sehingga
melahirkan kesan tidak berubah.
Pada
umumnya penduduk yang bermata pencaharian petani sebagai unit ekonomi mereka
terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya. Bagi
petani yang mempunyai tanah, minimal mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara bekerja sebagai buruh tani atau petani penggarap di tempat
tinggalnya.
Adiwilaga
dkk. (1987) berpendapat bahwa perubahan mata pencaharian terjadi karena faktor
pemilikan lahan yang layak lagi bagi keluarga petani untuk kehidupan dan
penghidupannya.
Mata
pencaharian penduduk di suatu wilayah akan mengalami perubahan sesuai dengan
keadaan fisik dan sosial ekonominya, seperti bentang alam, bertambahnya
pengetahuan, teknologi yang dimiliki penduduk wilayah dengan perubahan waktu
relative cepat atau lambt. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahmat dalam
Mulyawan (2006) macam dan corak aktivitas manusia berbeda-beda pada tiap
golongan atau daerah, sesuai dengan kemampuan penduduk dan tata geografi
daerahnya.
Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya jumlah
pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus meningkat.
Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan perkapita yang
masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Thailand dan
Malaysia.
Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan
nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap
kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri
terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Dampak
pembangunan industri terhadap aspek sosial ekonomi meliputi mata pencaharian
penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan perdagangan, dampak
lainnya terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi masyarakat
setempat maupun masyarakat pendatang. Dampak industri terhadap aspek sosial
budaya antara lain berkurangnya kekuatan mengikat nilai dan norma budaya yang
ada karena masuknya nilai dan norma budaya baru yang dibawa oleh masyarakat pendatang
atau migran. Dampak pembangunan industri terhadap linkungan dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat.
Pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak
langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan
pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk
setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak
langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah
menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja
baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh
negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena
adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah
berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya memiliki
sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang
rendah menjadi tersingkir (Setyawati, 2002).
Dalam
perkembangannya industri di suatu wilayah tidak semuanya menonjol. Ada yang
lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Untuk itu, suatu wilayah harus lebih
peka dalam menganalisis industri kecil apa yang seharusnya dikembangkan.
Dengan
demikian agar pembangunan industri mempunyai peran yang besar dalam pembangunan
wilayah maka investasi di sektor yang dalam hal ini industri harus diarahkan
pada industri yang memiliki keunggulan komparatif atas yang melakukan
spesialisasi. Denagn adanya spesialisasi, maka keterbatasan dana investasi
dapat lebih difokuskan pada industri tertentu. Selain itu spesialisasi dapat
meningkatkan perdagangan karena spesialisasi akan mengakibatkan surplus di
suatu wilayah sehingga surplus tersebut diekspor ke wilayah lain yang kemudian akan
menciptakan perdagangan antar wilayah.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari
latar belakang masalah tersebut, maka dapat kita tarik rumusan masalahnya,
yaitu:
1. Bagaimana
dampak perubahan sosial masyarakat khususnya perubahan terhadap mata
pencaharian yang terjadi di Indonesia?
2. Apa
saja perubahan aspek sosial ekonominya yang terjadi dengan adanya pembangunan
industri?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
latar belakang serta perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
dampak perubahan sosial masyarakat khususnya perubahan terhadap mata pencharian
yang terjadi di Indonesia.
2. Mengetahui
perubahan aspek sosial ekonominya yang terjadi dengan adanya pembangunan
industry pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dampak
Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Indonesia
Menurut
Soemardjan dan Soemardi (1964) setiap masyarakat selama hidupnya pasti
mengalami perubahan-perubahan. Ada perubahan yang menarik perhatian orang, ada
yang pengaruhnya luas, ada yang terjadi lambat, adapula yang terjadi cepat.
Perubahan-perubahan
di masyarakat dapat berupa perubahan norma-norma, pola-pola perilaku seseorang,
bahasa, mata pencaharian, ilmu pengetahuan, organisasi, susunan dan
stratifikasi masyarakat, dan juga mengenai lembaga kemasyarakatan.
Sebab-sebab
terjadinya perubahan itu sumbernya ada yang terletak di dalam masyarakat itu
sendiri dan ada yang letaknya di luar masyarakat itu. Sebab-sebab yang
bersumber dalam masyarakat itu sendiri misalnya bertambah atau berkurangnya
penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan antara golongan, dan
pemberontakan atau evolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri.
Apabila
sebab-sebab perubahan itu bersumber dari masyarakat lain maka
perubahan-perubahan dalam masyarakat itu perlu juga diketahui saluran-saluran
yang dilalui dalam proses perubahan itu, sehingga perubahan itu pada akhirnya
dikenal, diterima, diakui, dan digunakan oleh khalayak ramai. Saluran-saluran
yang dilalui dalam proses perubahan tersebut pada umumnya adalah lembaga
kemasyarakatan dalam bidang pendidikan, ekonomi, pemerintahan, agama, rekreasi
dan sebagainya.
Kehidupan
manusia dalam suatu system sosial (masyarakat) aktivitasnya selalu mengalami
perubahan. Perubahan yang bersifat lambat berjalan secara gradual, sebagai
konsekuensi dari adanya kerjasama harmonis antara manusia dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi bisa dalam bentuk pertumbuhan, perkembangan maupun
kemunduran manusia.
Pemenuhan
kebutuhan dasar manusia merupakan dasar bagi terjadinya perubahan-perubahan
baik sosial maupun budaya. Perubahan sosial menunjukkan adanya perubahan pada
struktur sosial dari suatu masyarakat, dimana pola hubungan sosial yang lama
digantikan oleh pola hubungan sosial yang baru di dalam suatu masyarakat.
Perubahan-perubahan
dalam masyarakat ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan hidup individu didalamnya.
Dalam hidup membutuhkan kebutuhan yang bersifat manusiawi dan hayati. Kebutuhan
manusiawi ditujukan untuk meningkatkan martabat dan status mereka
ditengah-tengah kehidupan dalam masyarakat. Kebutuhan manusiawi tidak hanya
bersifat material semata melainkan juga berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan,
kesenian, agama, dan ekonomi.
Perubahan
mata pencaharian merupakan perubahan pada struktur fungsional masyarakat.
Aktivitas mata pencaharian termasuk salah satu dari tujuh unsure kebudayaan
universal, dimana setiap unsur tersebut dalam wilayah yang berbeda secara
geografis dapat terlihat perbedaan-perbedaannya. Dalam teori determinisme yang
memberikan penilaian berbeda bahwa lingkungan alam bukanlah faktor yang memaksakan
suatu struktur sosial tertentu melainkan hanya kemungkinannya. Pada akhirnya
manusialah yang akan memutuskan apa yang harus dilakukannya dalam mengelola
alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebetulnya perubahan sosial merupakan
gejala permanen yang senantiasa hadir dan terjadi pada setiap masyarakat
demokratis terbuka meupun di masyarakat feodalistis-tertutup. Hanya saja, ada
perubahan yang berlangsung dengan sengaja (hasil perancangan dan kebijakan
sosial) dan ada pula yang berlangsung begitu lamban, sehingga melahirkan kesan
tidak berubah.
Pada
umumnya penduduk yang bermata pencaharian petani sebagai unit ekonomi mereka
terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya. Bagi
petani yang mempunyai tanah, minimal mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara bekerja sebagai buruh tani atau petani penggarap di tempat
tinggalnya.
Adiwilaga
dkk. (1987) berpendapat bahwa perubahan mata pencaharian terjadi karena faktor
pemilikan lahan yang layak lagi bagi keluarga petani untuk kehidupan dan
penghidupannya.
Mata
pencaharian penduduk di suatu wilayah akan mengalami perubahan sesuai dengan
keadaan fisik dan sosial ekonominya, seperti bentang alam, bertambahnya
pengetahuan, teknologi yang dimiliki penduduk wilayah dengan perubahan waktu
relative cepat atau lambt. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahmat dalam
Mulyawan (2006) macam dan corak aktivitas manusia berbeda-beda pada tiap
golongan atau daerah, sesuai dengan kemampuan penduduk dan tata geografi
daerahnya.
Perubahan
mata pencaharian ini bisa terjadi secara sadar maupun terpaksa karena adanya
penekanan dari faktor intern atau ekstern. Faktor ekstern yang disengaja,
misalnya adanya pembangunan sarana fisik seperti pembangunan untuk pemukiman
dan perumahan, industry ataupun sarana fisik lainnya yang menyebabkan
terjadinya pergeseran mata pencaharian dari lahan pertanian ke lahan non
pertanian, sedangkan faktor intern misalnya jumlah pendapatan petani yang
dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jumlah tanggungan
keluarga petani, srta pendidikan dan pengalaman bekerja pada sektor pertanian.
Menyempitnya
lahan pertanian untuk kepentingan pembangunan, menyebabkan penduduk terutama
penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebagian dari mereka
mengalihkan kegiatannya dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, hal ini
dilakukan untuk mempertahankan hidupnya.
Di
sisi lain, pemerintah mencanangkan upaya merevitalisasi pertanian dengan
keyakinan bahwa pertanian memiliki masa depan yang cerah. Berbagai pandangan
mengenai dinamika dan perubahan yang mempengaruhi pertanian, baik dari kubu
pesimis yang memandang pertanian akan menghilang akibat berbagai eksploitasi
dan agenda sosial politik di tingkat yang lebih, luas dan kubu optimis yang
memandang bahwa pertanian adalah tetap merupakan tulang punggung pembangunan
yang perlu divitalisasi kembali melalui berbagai cara. Dari operasionalisasi
dua perspektif (agenda) itu, kemudian akan berusaha menjelaskan bagaimana dua
pandangan itu berimplikasi kepada gerakan dan pengorganisasian petani di
tingkat akar rumpur melalui keputusan-keputusan hidup yang dipilih oleh
generasi pemuda di Indonesia.
Menurut
Ibrahim, J.T, (2002), industrialisasi pada masyarakat agraris merupakan salah
satu contoh bentuk perubahan sosial yang tingkat pengaruhnya besar pada
sendi-sendi dasar kehidupan manusia. Secara umum, perubahan tersebut membawa
pengaruh besar pada sistem dan struktur sosial. Proses industrialisasi merubah
pola hubungan kerja tradisional menjadi modrn rasional.
Menurut
schneider (1993) industri merupakn jaringan yang helainya menjangkau hampir
setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian. Industri juga merupakan
sebuah faktor penting dalam membentuk masalah-masalah sosial yang kompleks.
Kuwartojo
dalam Setyawati (2002) mendefenisikan industri sebagai kegiatan untuk
menghasilkan barang-barang secara massal, dengan mutu yang bagus untuk kemudian
dijual dan diperdagangkan. Guna menjaga kemassalannya digunakan sejumlah tenaga
kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta pola kerja tertentu .
Industri menurut
skalanya yaitu:
1. Industri
besar adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja atau karyawan 100
orang atau lebih.
2. Industri
sedang adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja atau karyawan 20
sampai 99 orang.
3. Industri
kecil adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja atau karyawan 5
sampai 19 orang.
4. Industri
rumah tangga adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja atau
karyawan 1 sampai 4 orang.
Pembangunan
dan perkembangan industry mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan di
berbagai aspek sosial ekonomi masyarakatnya. Perubahan tersebut meliputi
perubahan mata pencaharian, perubahan jumlah kesempatan, perubahan tingkat
pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana. Perubahan-perubahan
tersebut kemudian menimbulkan dampak positif maupun negative. Dampak positif
pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya
pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun
tidak langsung dari kondisi sebelumnya.
Salah
satu bentuk dampak positif dari perkembangan serta pembangunan industri yaitu
penciptaan peluang usaha dan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu
juga akan semakin bertambahnya sarana serta prasarana seiring dengan semakin
berkembangnya industry. Hal ini memudahkan kepada masyarakat dalam melakukan
aktivitas sehari-harinya. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri
lebih banyak dilakukan untuk pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli
kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertaniannya, namun saat ini
masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dengan adanya sarana
dan prasarana yang memadai baik yang disediakan oleh perusahaan maupun
pemerintah daerah.
Walaupun
ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh
seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar seperti
pemasangan telefon, tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih
mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah
dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana
olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan
langsun oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah keatas yang
memiliki kenderaan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah kebawah juga dapat
memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa,
sehingga masyarakat desa tidak perlu lagikeluar wilayah dengan berjalan kaki
atau menggunakan kenderaan yang tidak memadai untuk menujukota kecamatan atau
kota kabupaten.
Dampak
negative dari Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang
berdampak positif namun di sisi lain juga membawa perubahan yang berdampak negatif,
dampak negatif tersebut antara lain terjadinya pencemaran terhadap lingkungan
sekitar industri sepertipolusi air bersih, polusi kebisingan suara, dan polusi
udara. Selain pencemaran lingkungan dampak negatif yang terjadi antara lain
adanya potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial antara masyarakat asli
desa dengan masyarakat pendatang dalam hal kemudahan mengakses pekerjaan
khususnya di sektor industri.
B.
Perubahan
Sosial Ekonomi yang Terjadi Karena Perubahan Mata Pencaharian
Pembangunan
dan perkembangan industry mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan di
berbagai aspek sosial ekonomi masyarakatnya. Perubahan tersebut meliputi
perubahan mata pencaharian, perubahan jumlah kesempatan, perubahan tingkat
pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana.
1. Penciptaan
peluang usaha dan pekerjaan
Kehadiran
industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk, dimana sebelum
adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani
dan sebagian lagi terbagi dalam beberapa mata pencaharian tertentu saja seperti
buruh industri batu bara dan sebagainya. Dengan dibangun dan berkembangnya
industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas.
Sector
pekerjaan lain yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah usaha berdagang,
misalnya masyarakat asli desa membangun warung-warung kecil di rumah yang
menyediakan kebutuhan sehari-hari, selain lebih ekonomis juga mudah untuk di
jangkau.
2. Ketersediaan
sarana dan prasarana
Bertambahnya
jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan
kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri lebih banyak dilakukan untuk
pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual
hasil pertaniannya, namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan
berbagai kegiatan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik yang
disediakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah.
Walaupun
ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh
seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar seperti
pemasangan telefon, tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih
mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah
dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana
olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan
langsun oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah keatas yang memiliki
kenderaan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah kebawah juga dapat
memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa,
sehingga masyarakat desa tidak perlu lagikeluar wilayah dengan berjalan kaki
atau menggunakan kenderaan yang tidak memadai untuk menujukota kecamatan atau
kota kabupaten.
3. Jumlah
pendapatan
Hal
ini berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan
kerja, kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja
mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapatan tetap
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa itu semua, mustahil manusia dapat
mencapai kesejahteran.
Kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian
yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang mereka terima.
Dengan pendapatan yang mereka terima ini, maka masyarakat dapat melakukan
transaksi ekonomi.
Tingkat
pendapatan dapat menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat
tertentu. Hal ini sesuai dengan permasalahan yang terjadi di Indonesia yaitu
masih rendahnya tingkat pendapatan sebagian besar petani.
Selain
ditentukan oleh tingkat produktivitas lahan, modal serta kemampuan petani dalam
mengolah lahan, pendapatan petani dipengaruhi juga oleh luas lahan garapan,
karena semakin luas lahan garapannya maka pendapatannya pun akan semakin besar.
Karena hal inilah, maka banyak masyarakat di Indonesia yang lebih memilih bermata
pencaharian di sektor industry dari pada di sektor pertanian, selain memiliki
resiko yang cukup besar (apabila terjadi gagal panen, atau membutuhkan modal
yang cukup besar dan membutuhkan lahan yang cukup luas pula), sektor pertanian
juga lebih menggantungkan terhadap keadaan cuaca.